Kamis, 31 Maret 2011

Sejarah singkat tim PSM makasar



SEJARAH

Kisah sejarah PSM Makasar dimulai pada tanggal 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian hari tercatat sebagai embrio Persatuan Sepak bola Makassar (PSM). Dalam perjalanan prestasinya, MVB menampilkan orang-orang bumi putera di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal sekaligus promotor yang disegani kalangan Belanda. Pada masa itu, sekitar tahun 1926-1940, MVB sudah melakukan pertadningan dengan beberapa kesebelasan dari dalam negeri dan luar negeri, di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatera, Borneo, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia.
Pada usianya ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap. Pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa, dan sebagian dikirim ke Burman (kini Myanmar). MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia. Di Makassar, ketika itu segala yang berbau Belanda mutlak dilenyapkan, sebaliknya untuk mencari dukungan penduduk, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. Dan MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM).

Pasca kemerdekaan

Saat Indonesia terlepas dari penjajahan, Persatuan Sepak bola Makassar (PSM) mengadakan reorganisasi dan reformasi di bawah pimpinan Achmad Saggaf yang terpilih menjadi sebagai Ketua PSM. Meskipun sederhana, roda kompetisi PSM mulai bergulir dengan baik dan teratur. Udara kemerdekaan ikut memberi nafas baru bagi PSM. Tahun 1950, PSM mulai mengadakan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Dan yang paling fenonemal adalah Ramang. Bahkan, kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM hingga kini masih jadi legenda dan tercatat indah dalam sejarah persepakbolaan nasional. Roh dan semangat Ramang pula yang tetap ada dan hidup di tubuh PSM dan membuat kesebelasan ini sempat dijuluki Pasukan Ramang.
PSM pertama kali menjadi juara perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. Sejak itu PSM yang dijuluki menjadi kekuatan baru sepak bola Indonesia. PSM menjelma menjadi tim elite. Total lima kali gelar juara perserikatan diraih tim yang lebih sering disebut sebagai Juku Eja atau Ikan Merah, julukan yang diberikan berdasar pada warna kostum yang mereka kenakan. PSM meraih juara perserikatan pada tahun 1959, 1965, 1966, dan 1992.

Liga Indonesia

Ketika tim-tim perserikatan digabung dengan tim-tim galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas hingga sekarang. Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia.
Saat juara Liga Indonesia PSM mencatat prestasi mengesankan dengan hanya menderita 2 kali kekalahan dari total 31 pertandingan. Saat itu PSM mengumpulkan pilar-pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santotal tosa, Miro Baldo Bento, Kurniawan yang dikombinasikan dengan pemain asli Makasar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. PSM merajai pentas Liga Indonesia dengan menjuarai Wilayah Timur, dan di babak 8 besar menjuarai Grup Timur. Di semifinal, PSM mematahkan perlawanan Persija Jakarta, sebelum mengatasi perlawanan gigih Pupuk Kaltim di final yang berkesudahan 3-2.
Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi. Tak hanya itu, pemain PSM juga terkenal tangguh dan tidak cengeng dalam kondisi lapangan apa pun. PSM juga didukung oleh regenerasi yang kontinyu dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional. Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi managemen PSM.
PSM Makassar yang juga dijuluki Ayam Jantan Dari Timur memiliki sekitar 24 kelompok suporter, diantaranya adalah The Macz Man, Mappanyuki, Ikatan Suporter Makasar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC (Pannampu, Kalumpang, dan Cumi-cumi, Red Gank (Pattene),KVS,Zaiger,Antang Communitty.

Liga Primer Indonesia

Pada Desember 2010, PSM Makassar memutuskan untuk mengundurkan diri dari Liga Indonesia. PSM kemudian memutuskan untuk bergabung ke Liga Primer Indonesia dengan melakukan merger dengan Makassar City FC yang sudah lebih dulu menjadi anggota LPI. Nama yang kemudian dipergunakan adalah PS Makassar (tetap disebut sebagai PSM Makassar dalam berbagai pemberitaan)


STADION DAN MESS

Stadion Mattoangin adalah suatu stadion olahraga yang terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Stadion yang mampu menampung sekitar 15 ribu orang ini merupakan markas tim sepak bola PSM Makassar dan pernah dipakai untuk menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional IV pada tahun 1957. Stadion ini dulunya adalah perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda yang setelah era kemerdekaan RI, atas prakarsa Andi Mattalatta (mantan panglima Kodam XIV/Hasanuddin) diubah menjadi stadion olahraga.
Namanya berasal dari bahasa Makassar mattoa (melirik, menengok) dan anging (angin) dan diberikan karena tempat di sekitar itu adalah daerah pantai tempat berlabuhnya perahu Pinisi yang para awaknya biasanya menengok angin sebagai tanda bahwa cuaca saat itu dalam keadaan baik dan siap untuk berlayar.


PRESTASI

Perserikatan

Liga Indonesia

Liga Champions Asia

  • 2001 - Perempat final (masih bernama Piala Champions Asia)
  • 2004 - Babak pertama
  • 2005 - Semi Final (melawan tim dari Qatar)

Sejarah singkat tim PSMS medan



SEJARAH

PSMS Medan dirikan pada tanggal 21 April 1950. Meski demikian sejak tahun 1930 telah berdiri klub Medansche Voetbal Club (MSV) yang diyakini merupakan embrio PSMS. Sejak dahulu kota Medan dikenal dunia oleh karena perkebunan tembakau Delinya. Tak heran bahwasannya logo PSMS berupa "daun" dan "bunga tembakau Deli".
PSMS Medan dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap yakni sepak bola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim berjuluk "Ayam Kinantan" ini.
Menjelang digelarnya Liga Super Indonesia pada 12 Juli 2008, tim ini masih dipayungi dengan polemik internal antar pengurus tim dengan pihak pengelola yang mencuatkan pengunduran diri PSMS Medan dari ajang LSI 2008 di mana akhirnya pada tanggal 10 Juli 2008 Badan Liga Indonesia memutuskan untuk tetap mengikutsertakan PSMS Medan mengikuti ajang Liga Super Indonesia meski harus menggunakan Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta pada paruh musim pertama setelah pihak pengelola setuju memberi kompensasi sebesar Rp. 2,5 miliar sebagai dana renovasi infrastruktur Stadion Teladan, Medan.
Mengawali Musim pertama penyelenggaraan Liga Super, PSMS dilanda banyak masalah. Mulai dari eksodus besar-besaran para pemain bintang yang keluar karena masalah gaji yang tak terselesaikan, ditambah Stadion Teladan yang tak lulus stratifikasi Liga Super yang membuat PSMS harus menjadi tim musafir yang berpindah - pindah home base hingga masalah perpecahan di tubuh Tim. PSMS mengawali liga super dengan sangat buruk. Di bawah asuhan Eric William, PSMS berkutat di zona deglarasi sepanjang paruh musim pertama. Melihat prestasi ini, Eric William akhirnya didepak digantikan oleh Lestiadi. Memasuki putara kedua liga super pembenahan besar besaran dilakukan. Diantaranya menarik Rudi Keltjes sebagai Pelatih Kepala mengganti posisi Lestiadi yang dijadikan Assisten Pelatih, hingga berpindah homebse dari Stadion Siliwangi Bandung menjadi Stadion Jakabaring Palemban. Hasilnya sedikit demi sedikit PSMS berhasil merangkak keluar dari zona deglarasi. Bahkan di kompetisi AFC Cup PSMS berhasil membuat rekor sebagai klub Indonesia pertama yang berhasil lolos ke Babak 16 Besar setelah menjadi Runner Up Group F dibawah South China FC dari Hongkong walau kemudian ditundukkan Chonburi FC dari Thailand di Perdelapan Final. Namun sayang di akhir kompetisi PSMS harus finish di urutan ke 15 yang mengharuskan ayam kinantan menjalani laga Play-Off menghadapi peringkat 4 Divisi Utama Persebaya Surabaya memperebutkan Tiket Liga Super musim depan.
PSMS akhirnya terdeglarasi untuk kedua kalinya setelah pada partai tersebut PSMS takluk 6-7 dalam drama adu penalti di Stadion Siliwangi Bandung. untuk kedua kalinya PSMS harus menerima kenyataan terdeglarasi setelah pada musim sebelumnya menjadi Runner Up liga.


STADION DAN MESS

Stadion Teladan adalah sebuah stadion yang paling dikenal sebagai kandang klub sepak bola Indonesia, PSMS Medan. Stadion ini terletak di Kecamatan Medan Kota dan mempunyai kapasitas sekitar 20.000 penonton. Stadion Teladan dibangun mulai tahun 1951 dan selesai pada tahun 1953 menjelang Pekan Olahraga Nasional III. Stadion ini sedang dikembangkan supaya dapat menampung 40.000 penonton.
Tim Seri A, Sampdoria pernah bertanding dalam pertandingan persahabatan melawan PSSI di stadion ini pada tahun 1996, di mana penonton sempat meluap hingga memasuki lapangan.


PRESTASI 

REKOR PERSERIKATAN

  • 1954 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1957 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
  • 1967 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1971 - Juara, mengalahkan Persebaya Surabaya
  • 1975 - Juara bersama, dengan Persija Jakarta
  • 1983 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1985 - Juara, mengalahkan Persib Bandung
  • 1992 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang

REKOR DI LIGA INDONESIA

 

  • 1994/1995 - Peringkat ke-9 Divisi Utama Wilayah Barat
  • 1995/1996 - Peringkat ke-11 Divisi Utama Wilayah Barat
  • 1996/1997 - Peringkat ke-10 Divisi Utama Wilayah Tengah
  • 1997/1998 - Peringkat ke-1 Divisi Utama Wilayah Tengah (Liga dihentikan)
  • 1998/1999 - Semifinalis Divisi Utama ( Juara Grup A, Peringkat ke-2 Grup Q Babak 10 Besar)
  • 1999/2000 - Babak 8 Besar Divisi Utama (Peringkat ke-4 Wilayah Barat)
  • 2001 - Semifinalis Divisi Utama (Juara Wilayah Barat, Juara Grup Barat Babak 8 Besar)
  • 2002 - Peringkat ke-11 Divisi Utama (Degradasi)
  • 2003 - Divisi Satu, Peringkat ke-2 (Juara Grup A)
  • 2004 - Peringkat ke-7 Divisi Utama
  • 2005 - Peringkat ke-4 Divisi Utama (Peringkat ke-4 Wilayah Barat, Peringkat ke-2 Grup Timur Babak 8 Besar)
  • 2006 - Peringkat ke-5 Wilayah Satu
  • 2007 - Runner-up
  • 2008 - degardasi ke divisi utama

GELAR LAIN

  • 2005 - Juara ke-4 Copa Dji Sam Soe
  • 2005 - Juara Pertama Piala Emas Bang Yos II (14 Februari 2005), di final mengalahkan tim asal Singapura Geylang United FC dengan skor 5-1.
  • 2005 - Juara Pertama Piala Emas Bang Yos III (17 Desember 2005), di final mengalahkan Persik Kediri dengan skor 2-1.
  • 2006 - Juara Pertama Piala Emas Bang Yos IV(16 Desember 2006), di final mengalahkan PSIS Semarang dengan skor 4-2 (1-1) melalui drama adu pinalti dan PSMS Medan dinobatkan sebagai pemilik abadi Piala Emas Bang Yos.

Sejarah singkat tim Persita tangerang



SEJARAH

 Persita lahir di kota Tangerang secara resmi pada tanggal 19 April 1940. di pelopori oleh Alm. M.E. Umran. Namun Persita berdiri secara resmi pada tanggal 15 september 1945. Persita diterima dan di sahkan oleh PSSI 9 september 1953. kostum kebanggaan Persita yang pertama zaman dulu adalah merah sedangkan celana putih dan kaos kaki putih. Pada masa kepemimpinan H. Urip Hermansyah. SH di gantikan dengan warna ungu. Setelah melalui musyawarah dengan pengurus. Jadinya HUT “Pendekar Cisadane” di peringati setiap tanggal 9 september dengan tujuan mengingat kembali sejarah lahirnya Persita.  Pada saat itu perwakilan dari Persita menyerahkan lambang bendera Persita.


STADION DAN MESS


sebelum memiliki stadion benteng, lapangan yang dipergunakan oleh persita yakni lapangan LPK dan lapangan achmad yani. Ketika perkembangan sepak bola tangerang kian maju pesat, maka terlontar ide untuk pembangunan stadion yang representative. Berdirilah stadion megah kebanggaan masyarakat Tangerang yakni dengan nama stadion benteng luas 44.000 meter.

PRESTASI

Liga Indonesia
1994/95: Peringkat ke-8 Wilayah Barat
1995/96: Babak 12 Besar
1996/97: Peringkat ke-5 Wilayah Barat
1997/98: Kompetisi dihentikan
1998/99: Degradasi ke Divisi I
2000: Juara Divisi I  (Promosi ke Divisi Utama)
2001: Babak Delapan Besar
2002: Runner-up
2003: Peringkat ke-3
2004: Peringkat ke-8
2005: Peringkat ke-8 Wilayah Barat
2006: Peringkat ke-10 Wilayah Barat
2007: Peringkat ke-9 (Lolos ke Superliga)

Sejarah singkat tim Persebaya surabaya



SEJARAH

Persebaya didirikan pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond [SIVB]. Tim kota Pahlawan ini juga turut berperan dalam pendirian PSSI. Pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja [Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja].

Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya [Persatuan Sepakbola Surabaya], dan menjadi salah satu raksasa bersama Persib dan Persija. Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994.

Selain ulah suporternya, Persebaya juga selalu diwarnai kontroversi. Saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah ’sepakbola gajah’, karena mengalah kepada Persipura Jayapura 12-0 untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang. Taktik ini membawa hasil, dan Persebaya berhasil menjadi juara.

Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I.

Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final.

Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia. 

Pada akhir tahun 2010, Persebaya terpecah menjadi dua tim. Satu tim dengan manajer Wisnu Wardhana tetap ikut Divisi Utama Liga Indonesia. Sementara tim lainnya, Persebaya di bawah Saleh Ismail Mukadar mengikuti Liga Primer Indonesia. Persebaya yang berkompetisi di Liga Primer Indonesia akhirnya berganti nama menjadi Persebaya 1927.


STADION DAN MESS

Stadion Gelora 10 November adalah sebuah stadion multi-tujuan yang berlokasi di Surabaya, Indonesia. Saat ini digunakan terutama untuk pertandingan sepak bola. Stadion ini menampung 30.000 orang. Ini adalah stadion rumah Persebaya Surabaya.

Gelora 10 November adalah dasar rumah untuk Persebaya Surabaya, yang dianggap sebagai salah satu klub sepak bola utama di Indonesia (dengan 3 juara liga teratas dan beberapa cangkir lainnya).


PRESTASI

Perserikatan

  • 1938 – Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
  • 1942 – Runner-up, kalah dari Persis Solo
  • 1950 – Juara, menang atas Persib Bandung
  • 1951 – Juara, menang atas Persija Jakarta
  • 1952 – Juara, menang atas Persija Jakarta
  • 1965 – Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
  • 1967 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
  • 1971 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
  • 1973 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1977 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
  • 1978 – Juara, menang atas PSMS Medan
  • 1981 – Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
  • 1987 – Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
  • 1988 – Juara, menang atas Persija Jakarta
  • 1990 – Runner-up, kalah dari Persib Bandung

Liga Indonesia

  • 1994/1995 – Posisi ke-9, Wilayah Timur
  • 1995/1996 – Posisi ke-7, Wilayah Timur
  • 1996/1997Juara
  • 1997/1998dihentikan
  • 1998/1999Runner-up
  • 1999/2000 – Posisi ke-6, Wilayah Timur
  • 2001 – ?
  • 2002 – Degradasi ke Divisi Satu
  • 2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
  • 2004Juara
  • 2005 – Mundur dalam babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu)
  • 2006 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
  • 2007 – Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)
  • 2008 – Peringkat ke-4. Mengalahkan PSMS Medan dalam Babak Playoff lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke ISL.

Liga Super Indonesia

  • 2009 – degradasi ke Divisi Utama

Liga Champions Asia

  • 1998 – Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
  • 2005 – Babak pertama


Sejarah singkat tim Arema Indonesia



SEJARAH

Semula tim yang lahir pada 11 Agustus 1987 atas dasar prakarsa Acub Zaenal, pencetus lahirnya klub Galatama, ini bernama Aremada. Yakni gabungan klub lokal Malang Armada 86 dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema 86. . Upaya untuk mempertahankan klub Galatama Arema 86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal bersama putranya Lucky, lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema 86 agar bisa tetap survive.

Nama Arema 86 pun diubah menjadi Arema dan ditetapkan berdirinya pada 11 Agustus 1987 sesuai akte notaris Pramu Haryono SH No 58. Sejak saat itu, Arema mulai menggelar persiapan layaknya sebuah tim profesional. Baik itu menyangkut skuad timnya maupun fasilitas bagi semua pemain dan ofisialnya.

Prestasi klub Arema dikancah sepakbola nasional terbilang pasang surut. Hal itu karena tergantung pembiayaan klub yang menjadi kendala utama. Maklum saja karena bukan klub "Plat Merah" sehingga tidak mendapatkan kucuran dana APBD. Meski demikian, mahkota juara Galatama pernah mereka rebut pada musim kompetisi 1992.

Sejak mengikuti Liga Indonesia, gabungan klub dari Perserikatan dan Galatama, Arema tercatat pernah tiga kali masuk putaran kedua atau babak delapan besar. Namun kendala finansial terus saja menghimpit perjalanan klub ini, hingga akhirnya diakuisisi kepemilikannya oleh PT Bentoel Internasional Tbk pada pertengahan musim kompetisi 2003.

Akibat krisis keuangan itu pun membuat Arema turun kasta di divisi satu. Tapi dengan kekuatan finansial baru, Arema hanya satu musim berada di divisi satu dan kembali promosi dengan status sebagai juara. Sejak saat itu prestasi Arema cenderung stabil hingga menembus Superliga, kompetisi kasta tertinggi di tanah air yang baru pertama kali digulirkan musim ini.





Kompetisi Liga Super Indonesia ke-1 2008-2009 Arema berada di urutan ke-10. Dua bulan Setelah kompetisi usai tepatnya 3 Agustus 2009 di Hotel Santika Malang pemilik klub Arema, PT Bentoel Investama, Tbk melepas Arema ke kumpulan orang-orang peduli terhadap Arema (konsorsium).[4] Pelepasan Arema ini adalah dampak dari penjualan saham mayoritas PT Bentoel Investama, Tbk. ke British American Tobacco. Sebelumnya ada wacana untuk menggabungkan Arema dengan Persema Malang menjadi satu, namun ditolak oleh Aremania. Arema pada musim kompetisi 2009-10 yang ditukangi oleh Robert Rene Alberts meraih gelar Juara Liga Super Indonesia dan Runner-up Piala Indonesia.


STADION DAN MESS


Stadion Kanjuruhan adalah stadion sepakbola yang terletak di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur atau sekitar 26 kilometer dari pusat kota Malang. Stadion Kanjuruhan dibangun sejak tahun 1997 dengan biaya lebih dari 35 miliar. Tanggal 9 Juni 2004, stadion ini diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, saat pembukaan digelar pertandingan kompetisi Divisi I Liga Pertamina Tahun 2004, antara Arema melawan PSS Sleman. Pertandingan berakhir untuk kemenangan Arema 1-0. Stadion ini merupakan kandang klub Arema Indonesia dalam melakukan pertandingan di Super Liga Indonesia yang memiliki kapasitas kurang lebih 35.000 penonton.

PRESTASI

Galatama

Juara: 1992/93

Liga Indonesia

1994/95: Peringkat ke-6 Divisi Utama Wilayah Timur
1995/96: Peringkat ke-12 Divisi Utama Wilayah Timur
1996/97: Peringkat ke-3 Divisi Utama Wilayah Barat
1997/98: Kompetisi dihentikan
1998/99: Peringkat ke-3 Divisi Utama Wilayah Tengah
1999/00: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2001: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2002: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2003: Peringkat ke- 17 Divisi Utama (Degradasi ke Divisi I)
2004: Juara Divisi I (Promosi ke Divisi Utama)
2005: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2006: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2007: Babak Delapan Besar Divisi Utama (Lolos Superliga)



ISL

Juara: 2009/10

Copa Indonesia

Juara: 2005, 2006


Piala Indonesia

Runner up: 2009/10

Sejarah singkat tim Sriwijaya FC

 



SEJARAH

Sriwijaya fc lahir di palembang tahun 2005, dengan membeli klub asal jakarta timur Persijatim, oleh gubernur sumsel saat itu syahrial oesman. Musim kompetisi 2007, menjuarai liga indonesia dan piala indonesia. Dan musim selanjutnya, hanya menjuarai piala indonesia.
Musim kompetisi 2009, SFC terseok-seok di liga indonesia, penampilan yang buruk, untuk sekelas tim juara bertabur bintang timnas indonesia. Kebiasaan sering kalah main tandang, jadi bahan koreksi, untuk kemajuan prestasi kedepan. Aku rasa, stoping di 4 besar klasemen liga indonesia cukup realistis tahun ini.
Menjuarai piala indonesia tahun lalu, menjadikan SFC, dapat mengikuti babak playoff liga champion asia tahun ini. Namun, kalah oleh klub singapura, armed force. Kekalahan itu menyebabkan SFC dilempar ke piala AFC.

STADION DAN MESS


Stadion Jakabaring adalah stadion terbesar dan termegah ketiga di Indonesia dan juga merupakan sebuah stadion multiguna yang terletak di Palembang, Indonesia. Stadion ini juga diakui sebagai salah satu stadion terbaik yang bertaraf internasional. Kebanyakan, stadion ini difungsikan untuk tempat penyelenggaraan pertandingan-pertandingan sepak bola. Stadion dengan luas lahan seitar 40 hektar ini dapat memuat hingga 36.000 – 40.000 orang dengan 4 tribun (A, B, C dan D) bertingkat mengelilingi lapangan. Tribun utama di sisi barat dan timur (A dan B) dilindungi atap yang ditopang 2 pelengkung (arch) baja berukuran raksasa. Bentuk atap stadion merupakan simbol kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di bidang maritim yang dilambangkan oleh bentuk perahu dengan layar terkembang. Stadion ini beralamat di Jalan Gubernur H. A. Bastari, Jakabaring, Palembang.
Stadion yang mulai bangun pada tahun 2001 ini ditujukan untuk menyelenggarakan PON XVI ketika kota Palembang ditunjuk sebagai penyelenggara pada tahun 2004. Stadion ini diberi nama berdasarkan kemaharajaan maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan berhasil mempersatukan wilayah barat Nusantara pada abad 7 sampai dengan abad 12. Selain itu stadion ini juga merupakan markas dari klub sepakbola Indonesia, Sriwijaya FC


PRESTASI  

Liga Indonesia
2005: Peringkat ke-9, Wilayah Barat
2006: Peringkat ke-6, Wilayah Barat
2007: Juara

Superliga Indonesia
2008/09: Peringkat ke-5
2009/10: Peringkat ke-8

Piala Indonesia2005: Putaran 2
2006: Putaran 1
2007: Juara
2008/09: Juara
2009/10: Juara

Liga Champions AFC2009: Babak Grup
2010: Babak Play-Off

Piala AFC
2010: 16 Besar

Community Shield Indonesia2010: Juara

Inter Island Cup2010: Juara

Sejarah singkat tim Persipura jayapura



SEJARAH

Persipura didirikan pada tahun 1950, merupakan salah satu klub tua di Indonesia. Persipura mempunyai julukan Mutiara Hitam. Sejak tahun 2000 prestasi Persipura di kompetisi Indonesia semakin menanjak, Persipura menjadi tim yang performanya konsisten dari musim ke musim. Mengandalkan banyak pemain lokal dan pemain muda asal Papua.Meski telah cukup lama berdiri, prestasi tim asal Papua ini baru mulai terlihat di era sepakbola semi-profesional. Tepatnya setelah tampil sebagai juara Liga Indonesia 2005. Maklum saja karena di era Perserikatan, Persipura hanya mampu menjadi runner-up pada musim 1980.
Kala itu Persipura dikalahkan Persiraja Banda Aceh 3-1, di laga pamungkas yang berlangsung cukup dramatis di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, yang kemudian tampil menjadi juara. Setelah itu prestasi Persipura terus melorot, hingga terlempar ke divisi satu.
Memang di level tingkat dua sepakbola nasional kala itu Persipura tampil dua kali juara pada musim 1979 dan 1993. Namun tetap saja hal itu tidak mampu menujukkan eksistensi mereka di pentas sepakbola nasional, hingga akhirnya tampil sebagai juara divisi utama.
Memasuki era sepakbola profesional dengan digulirkannya Superliga pada musim 2008/09, tim asal Papua ini menunjukkan penampilan lua biasa. Itu seiring dengan semakin membaiknya penampilan beberapa pemain lokal binaannya, ditunjang kehadiran pemain asing berkualitas.


STADION DAN MESS

Persipura bermarkas di Stadion Mandala Jayapura.Stadion Mandala adalah sebuah stadion multi-tujuan di Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia. Saat ini digunakan terutama untuk pertandingan sepak bola. Ini adalah stadion rumah Persipura Jayapura. Stadion ini menampung 30.000 orang. Saat ini, stadion sedang ditingkatkan sehingga akan mencapai target kapasitas 50.000 orang. Dan jika upgrade telah selesai, itu akan menjadi stadion terbesar di timur stadion Indonesia. Ini terletak di kawasan Dok V dekat pusat kota Jayapura sepanjang teluk Humboldt cantik
Pada penghujung tahun 2009 Stadion Mandala di renovasi supaya berstandar internasional agar dapat mengantisipasi apabila Persipura nantinya kembali dapat berlaga di ajang internasional kedepannya.

PRESTASI

 Divisi & Perserikatan
1978/79: Juara Divisi Satu (promosi ke Perserikatan)
1980: Runner-up Perserikatan
1993/94: Juara Divisi Satu (promosi ke Liga Indonesia)

Liga indonesia
1994/95: Peringkat ke-8 Wilayah Timur
1995/96: Semi-Final
1996/97: 12 Besar
1998/99: Peringkat ke-4 Wilayah Timur
1999/20: Peringkat ke-5 Wilayah Timur
2001: Peringkat ke-7 Wilayah Timur
2002: Delapan Besar
2003: Peringkat ke-5
2004: Peringkat ke-13
2005: Juara
2006: Peringkat ke-9 Wilayah Timur
2007: Semi-Final

Liga super indonesia
2008/09: Juara
2009/10: Runner-up

Piala Indonesia
2005: 16 Besar
2006: Runner-up
2007: Runner-up
2008/09: Runner-up
2009/10: Semi-Final

Gelar Lain
2009: Juara Community Shield
2009: Juara Piala Keraton
2010: Babak Grup Liga Champions AFC

Sejarah singkat tim Persija jakarta



SEJARAH 

Pada jaman Hindia Belanda, nama awal Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih ada. Terlepas dari takdir atau bukan, seiring dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar.
Mungkin juga karena secara sosial politik sudah tidak kondusif (mendukung). Suasana tersebut akhirnya merembet ke anggotanya, antara lain VBO. Pada pertengahan tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan menganjurkan dirinya untuk bergabung dengan Persija. Dalam perkembangannya, VBO bergabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, gabungan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija "baru" itu berhadapan dengan Belanda dan Tionghoa. Inilah hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.


STADION DAN MESS

Stadion Menteng adalah stadion berkapasitas 10.000 penonton yang pernah ada di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, di lahan yang kini merupakan Taman Menteng. Awalnya adalah lapangan yang didirikan tahun 1921 dengan nama Voetbalbond Indische Omstreken Sport (Viosveld). Stadion ini dirancang oleh arsitek Belanda, F.J. Kubatz dan P.A.J. Moojen. Dalam perkembangannya stadion ini kemudian digunakan oleh Persija.
Stadion sepak bola Persija di Menteng merupakan salah satu kebanggaan warga Jakarta dan paling bersejarah, baik dalam sejarah Kota Jakarta maupun persepak bolaan di Jakarta dan Indonesia. Banyak legenda pesepak bola Indonesia lahir di sini, seperti Djamiat Kaldar, Abdul Kadir, Iswadi Idris, Anjas Asmara, atau Ronny Pattinasarani.
Sejak tahun 1921, lahan seluas 3,4 hektar yang sekarang menjadi stadion Persija tersebut sudah digunakan sebagai tempat berolahraga orang-orang Belanda. Selanjutnya, stadion tersebut digunakan untuk masyarakat umum, dan pada tahun 1961 hingga saat ini digunakan sebagai tempat bertanding dan berlatih bagi Tim Persija. Pada 1975, Surat Keputusan Gubernur Jakarta Tahun 1975 menetapkan stadion ini sebagai salah satu kawasan cagar budaya yang harus dilindungi.
Sebelum menempati stadion Menteng, Persija telah melakukan berbagai program pembinaan seperti menggelar kompetisi klub anggota, kompetisi kelompok umur, latihan tim senior dan tim berbagai jenjang usia di stadion IKADA yang sekarang dikenal sebagai Monumen Nasional (Monas). Kemudian, seiring adanya program pembangunan Monas pada tahun 1958, stadion Persija dipindahkan ke stadion Menteng yang diserahkan secara langsung oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pada tahun 1960. Gubernur DKI Sutiyoso mengubah fungsi Stadion Menteng menjadi Taman Menteng sejak 2004


PRESTASI

Tahun Kejuaraan Prestasi
1931 Juara - VIJ Jakarta (nama awal Persija)
1933 Juara - VIJ Jakarta (nama awal Persija)
1934 Juara - VIJ Jakarta (nama awal Persija)
1938 Juara - VIJ Jakarta (nama awal Persija)
1964 Persija Jakarta
1973 Persija Jakarta
1975 Persija Jakarta dan PSMS Medan (juara bersama)
1977 Persija Jakarta
1979 Persija Jakarta
1990 Divisi Utama Peringkat 10
1995 Peringkat 12 Wilayah Barat
1995 Peringkat 13 Wilayah Barat
1996 Peringkat 10 Wilayah Barat
1998 Semifinalis
1999 Semifinalis
2001 Juara Liga Bank Mandiri
2002 8 Besar Liga Bank Mandiri
2003 Peringkat 7 Liga Bank Mandiri
2004 Peringkat 3 Liga Bank Mandiri
2005 Runner-Up Liga Indonesia
2005 Runner-Up Copa Indonesia
2006 Liga Indonesia 8 Besar
2006 Copa Indonesia Juara 3
2007 Copa Indonesia Juara 3

Sejarah singkat tim Persib bandung




SEJARAH
 
Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub-klub yang bergabung ke dalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak bolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal baik, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nur'alim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan dan Eka Ramdani merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.Sampai saat ini Persib Bandung adalah tim Indonesia yang bisa di bilang paling dibanggakan oleh Indonesia karena prestasi dan kemampuannya.


STADION DAN MESS

Hingga saat ini, Persib masih menggunakan Stadion Siliwangi untuk memainkan laga kandangnya. Stadion ini lolos bersyarat sertifikasi BLI sehingga layak untuk digunakan di kompetisi Liga Super Indonesia. Kapasitas Stadion yang hanya 20.000 ini membuat seringnya terjadi pembludakan penonton, seperti ketika Persib menjamu Selangor FA (Malaysia) dalam sebuah pertandingan persahabatan, juga ketika Persib menjamu Persema Malang di Divisi Utama tahun 2007.
Pada Indonesian Super League 2008/2009, Persib terpaksa harus meninggalkan Stadion Siliwangi setelah terjadi kerusuhan ketika menjamu Persija Jakarta pada pekan kedua. Ditambah situasi politik yang sedang memanas akibat berlangsungnya Pemilu 2009, Kepolisian Kota Bandung tidak lagi mengeluarkan surat ijin menyelenggarakan pertandingan di Stadion Siliwangi bagi Persib. Sebagai alternatif, dipilihlah Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, sebagai "home-base" hingga akhir musim kompetisi.
Berdasarkan permasalahan itulah Pemerintah Kota Bandung berencana membangun Sarana Olahraga baru, termasuk stadion, di kawasan Gedebage. Stadion itu sendiri, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada awal 2008, ini diproyeksikan untuk menjadi home-base Persib serta untuk menyelenggarakan SEA Games tahun 2011 nanti. Stadion ini juga direncanakan untuk digunakan pada Porprov Jawa Barat 2010. Saat ini, kontrak pembangunan stadion yang rencananya akan diberi nama West Java Stadium ini telah diperoleh PT Adhi Karya Tbk dengan nilai Rp495,945 miliar. Diperkirakan, pembangunan stadion ini akan memakan waktu 883 hari.
Untuk lapangan latihan, Persib menggunakan Stadion Persib di Jl. Ahmad Yani. Stadion yang dulunya dikenal dengan nama Stadion Sidolig ini direnovasi sejak tahun lalu. Kini di stadion tersebut terdapat lapangan latihan dengan rumput baru dan trek berlari serta di sampingnya terdapat mess untuk tempat tinggal para pemain dan staff Persib serta untuk kantor. Pada pertengahan bulan Juli diadakan rencana renovasi tahap kedua, yaitu merenovasi bagian depan stadion yang sekarang ini hanya merupakan ruko-ruko tempat menjual kaos Persib dll. Rencana ini menimbulkan kerisauan bagi para pedagang di sekitar Stadion Persib karena mereka tidak akan mendapat penghasilan jika diwajibkan mengosongkan lahan bisnis mereka.
Sejak diresmikan, pernah bocor dan ambruk akibat pipa air yang bocor. Belum lagi masalah rumput lapangan yang mengering karena terlamess persib sudah beberapa kali mendapatkan masalah. Atap ruang VIP di mess itu sering dipakai. Akhir-akhir ini atap mess juga bocor akibat musim hujan, sehingga menyebabkan licinnya lantai dan terganggunya aktivitas. Letak Stadion Persib yang berada di Jl. Ahmad Yani yang merupakan pusat keramaian juga membuat istirahat para pemain terganggu dan mudahnya para bobotoh untuk masuk ke dalam stadion.


PRESTASI

  • Perserikatan
Juara (5): 1937, 1961, 1986, 1990, 1994
Runner-up (8) : 1933, 1934, 1936, 1950, 1959, 1960, 1982/1983, 1984/1985
  • Piala Persija
Juara (1): 1991
  • Piala Kang Dada
Juara (1): 2008

Internasional

Perempat Final (1): 1995